MUKHLASIN (09470151)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
YOGYAKARTA 2010
PENDAHULUAN
Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsug sejak masuknya Islam di Indonesia. Pada tahap pendidikan Islam dimulai dari kontak pribadi maupun kolektif antara pendidik dan peserta didik. Setelah komunitas muslim terbentuk disuatu daerah, maka mulai membangun masjid sebagai tempat ibadah pusat pendidikan.
Inti dari materi pendidikan pada awal masa tersebut adalah ilmu-ilmu agama yang dikonsentrasikan dengan membaca kitab-kitab klasik. Kitab-kitab klasik adalah menjadi tolok ukur rendah tingginya ilmu agama seseorang. Pendidikan Islam yang sedemikian ini amat kontras dengan pendidikan barat yang di bangun oleh kolonial Belanda.
Sesuai dengan gencarnya suara pembaharuan pendidikan Islam yang dicanangkan oleh para pembaharu Muslim dari berbagai negara Mesir, India, Turki sampai pembaharuan Indonesia. Dampak dari “suatu pembaharuan” adalah munculnya pembaharuan dibidang pendidikan Islam.
Apa sebetulnya yang melatar belakangi timbulnya pembaharuan tersebut? Hal ini disebabkan karena dua hal: pertama, daya dorong dari ajaran Islam itu sendiri yang mendorong umat Islam untuk memotivasi umatnya guna melakukan pembaharuan dan juga kondisi umat Islam yang jauh tertinggal dalam bidang pendidikan. Kedua, daya dorong yang muncul dari para pembaharu pemikiran Islam yang diinspirasi dari berbagai tokoh-tokoh pembaharu pemikiran Islam seperti Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Sultan Mahmud II,Muhammad Ali Pasya, untuk lebih jelasnya akan di bahas pada pembahasan selanjutnya
BAB II
PEMBAHASAN
MASA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
(Mukhlasin, Miftahudin Ni’am, Jauharotul Muniroh)
Umat Islam mengalami kelemahan dan kemunduran setelah warisan filsafat dan ilmu pengetahuan Islam di terima oleh bangsa Eropa, dan umat Islam tidak memperhatikan lagi, maka secara berangsur-angsur telah membangkitkan kekuatan Eropa. Kekuasaan umat Islam tersebut ditundukkan oleh bangsa Eropa, dan terjadilah penjajahan di seluruh wilayah yang pernah dikuasai oleh kekuasaan Islam. Eksploitasi kekayaan dunia Islam oleh bangsa-bangsa Eropa semakin memperlemah kedudukan kaum muslimin dalam segala segi kehidupannya.
Sebenarnya kesadaran dan kelemahan dan ketertinggalan kaum Muslimin dari bangsa-bangsa Eropa dalam berbagai bidang kehidupan. Mulai abad ke 11H/17M dengan kekalahan-kekalahan yang diderita oleh kerajaan Turki Usmani dalam peperangan dengan negara-negara Eropa. Kekalahan-kekalahan tersebut mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka kerajaan untuk menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan. Terutama Perancis yang merupakan pusat kemajuan kebudayaan Eropa pada masa itu. Kemudian dikirim duta-duta untuk mempelajari kemajuan Eropa, terutama dibidang Militer dan kemajuan Ilmu pengetahuan. Eropa juga mandatangkan pelatih-pelatih Militer dan mendirikan Sekolah Tekhnik Militer pada tahun 1734 M untuk pertama kalinya.
Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses pembaharuan pendidikan Islam, antara lain:
Pertama, faktor kebutuhan pragmatisme umat Islam yang sangat memerlukan satu sistem pendidikan Islam yang betul-betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia-manusia muslim yang berkualitas, bertaqwa, beriman kepada Allah. Agama Islam sendiri melalui ayat Al-qur’an banyak menyuruh atau menganjurkan umat Islam untuk selalu berfikir, membaca dan menganalisis sesuatu untuk kemudian bisa diterapkan atau bahkan bisa menciptakan hal yang baru dari apa yang kita lihat.
Kedua, faktor di atas merupakan faktor-faktor yang bisa dilihat secara internal, adanya kebutuhan umat akan kemajuan dan perbaikan nasib dirinya bisa dikatakan sebagai faktor penentu timbulnya proses pembaharuan pendidikan dalam Islam. Disamping agama Islam sendiri melalui al-Qur’an, sebagai sumber ajaran: banyak manganjurkan kepada umatnya untuk melakukan pembaharuan di segala bidang.
Ketiga, adanya kontak Islam dengan Barat, yang merupakan faktor penting yang bisa kita liat, adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan paradigma umat Islam untuk belajar secara terus menerus kepada Barat, sehingga ketertinggalan-ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan bisa terminimalisir.
Timbulnya pembaharuan pendidikan Islam baik dalam bidang agama, sosial, dan pendidikan diawali dan dilatar belakangi oleh pemikiran Islam yang timbul di belahan dunia Islam lainnya, terutama diawali oleh pembaharuan pemikiran islam yang timbul di Mesir, Turki, dan India. Latar belakang pembaharuan yang timbul di Mesir di mulai sejak kedatangan Napoleon ke Mesir.
Napoleon Bonaparte memasuki Mesir pada tahun 1798 M. Dalam tempo waktu kurang lebih tiga minggu Napoleon Bonaparte dapat menaklukan Mesir. Eksepedisi Napoleon tersebut bukan hanya menunjukan akan kelemahan umat Islam, akan tetapi juga sekaligus menunjukan kebodohan umat Islam. Kedatangan Napoleon tidak hanya membawa pasukan tentara yang kuat, beliau juga membawa sejumlah Ilmuan dalam berbagai bidang. Dalam rombongan terdapat 500 orang sipil dan 500 orang wanita, diantara kaum sipil itu terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Beliau juga membawa dua set alat pencetakan huruf latin, Arab dan Yunani. Misinya ini tidak hanya untuk kepentingan Militer tetapi juga untuk kepentingan ilmiah. (Nasution, 1992: 30). Inilah yang membuka mata kaum Muslimin akan kelemahan dan keterbelakangannya, sehingga akhirnya timbulnya berbagai macam usaha pembaharuan dalam bidang kehidupan, untuk mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan mereka, termasuk usaha-usaha di bidang pendidikan.
Kondisi inilah yang melatar belakangi kepada para tokoh pembaharuan Islam akan kemunduran dan keterbelakangan yang selama ini dirasakan. Oleh karenanya, adanya kontak Islam dengan Barat pada abad 20, setidaknya telah memunculkan dua respon umat Islam. Pertama, rasa simpatik umat Islam akan kemajuan yang dialami Barat, telah berimplikasi pada lahirnya suatu gerakan yang mencoba melakukan pembaharuan melalui pengadopsian ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai Barat ke dalam dunia Islam dengan tujuan membangkitkan kembali Islam ke pentas dunia. Kedua, rasa keprihatinan dari sebagian golongan umat Islam akan kemunduran-kemunduran yang dialami Islam. Kondisi demikian telah membawa pada satu gerakan yang melihat bahwa kemunduran Islam disebabkan oleh ketidak setiaan umat Islam sendiri terhadap ajaran-ajaran Islam yang sesungguhnya.
Oleh sebab itu, untuk memajukan Islam tidak ada jalan lain kecuali dengan kembali kepada ajaran Islam yang murni berdasarkan ajaran al-Qur’an dan as-Sunah. Gerakan inilah yang kemudian lebih dikenal sebagai kelompok tradisionalis, satu kelompok gerakan pembaharuan dalam Islam yang lebih banyak melihat kejayaan masa lalu, sehingga dalam proses pembaharuannya kelompok ini selalu menganjurkan untuk mengembalikan segala persoalan kepada al-Qur’an dan al-Hadis.
Kebangkitan kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan Islam adalah dalam rangka untuk pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor-pelopor di berbagai daerah masing-masing.
Adapun pendapat umat Islam terhadap hal tersebut adalah:
a. Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur-unsur aslinya, dengan bersumberkan kepada Al-Qur’an, Hadist dan membuang segala bid’ah, tahayul, dan mistik .
b. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad setelah beberapa abad dinyatakan ditutup.
1. Pola-pola pembaharuan pendidikan Islam
Setelah kita memperhatikan berbagai sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam pada masa sebelumnya dan dengan memperhatikan sebab-sebab kejayaan dan kekuatan yang di alami bangsa Eropa. Maka kita bisa mengaris bawahi terjadinya pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam:
1. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pemikiran modern di Eropa.
2. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi dan bertujuan untuk pemurnian kembali ajaran Islam.
3. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada kekayaan dan sumber budaya bangsa masing-masing dan yang bersifat Nasionalisme.
a. Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat.
Dari berbagai kenyataan ini menunjukan bahwa bangsa Eropa itu lebih unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dibandingkan kaum muslimin baik yang tinggal di Mesir, Turki, dan daerah lainnya. Pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang dialami oleh Bangsa Barat adalah sebagian hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Mereka juga berpendapat bahwa apa yang dicapai bangsa Barat sekarang tidak lain adalah merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam. Dengan demikian, maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan kejayaan tersebut harus dikuasai kembali.
Dalam hal ini, Usaha yang dilakukan oleh umat Islam dalam proses pendidikan dengan cara meniru pola pendidikan yang dikembangkan oleh bangsa Barat, sebagaimana dulu bangsa Barat meniru dan mengembangkan sistem pendidikan dunia Islam. Usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan cara mendirikan sekolah-sekolah dengan pola sekolah Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya. Dan penguasa-penguasa dari kalangan Islam juga mengirim pelajar-pelajar ke dunia Barat terutama ke Perancis untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) modern.
Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat. Khususnya, di Turki Usmani mengalami hal yang sama, yaitu keunggulan bangsa Eropa dari bangsa Turki, bangsa Turki selalu kalah ketika berperang dengan bangsa Eropa. Kekalahan demi kekalahan ini membuat bangsa Turki ingin mengetahui penyebabnya. Akhirnya, diketahuilah bahwa bangsa Eropa lebih unggul dari bangsa Turki dalam bidang ilmu pengetahuan dan hal ini sekaligus berdampak terhadap persenjataan serta siyasat perang bangsa Eropa yang lebih unggul. Turki yang berkembang kemudian membentuk Turki Modern. Sultan Mahmud II adalah pelopor pembaharuan pendidikan di Turki dan juga yang memerintah di Turki Usmani pada tahun 1807-1839.
Usaha pembaharuan pendidikan Islam yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II:
Ø Melakukan perubahan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana di dunia Islam bahwa madrasah merupakan lembaga pendidikan yang ada di Turki yang hanya mengajarkan agama tanpa mengajarkan pengetahuan umum. Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah tradisonal ini tidak sesuai dengan tuntutan zaman pada abad 19.
Ø Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud II, kebanyakan orang tua lebih mengutamakan anak-anaknya belajar ketrampilan secara praktis di perusahaan-perusahaan industri, yang mengakibatkan adanya peningkatan jumlah buta huruf. Untuk mengatasi problem ini. Sultan Mahmud II memerintahkan supaya anak sampai umur dewasa jangan dihalangi untuk masuk madrasah.
Ø Mengadakan perubahan dalam kurikulum madrasah dengan menambahkan pengetahuan-pengetahuan umum. Sultan Mahmud II juga mendirikan dua sekolah yaitu Mekteb-i Ulum (Sekolah Pengetahuan Umum) dan Mekteb-i Ulumi Edebiye (Sekolah Sastra). Sultan Mahmud II juga banyak mendirikan lembaga pendidikan umum, seperti Sekolah Militer, Sekolah Teknik, Kedokteran dan sekolah Pembedahan. Pada tahun 1838 Sultan Mahmud mengabungkan antara Sekolah Kedokteran dan Sekolah Pembedahan dengan nama Dar-ul Ulum-u Hikemiyeve Mekteb-i Tibbiye-i Sahane.
Ø Mengirimkan siswa/pelajar ke Eropa untuk mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) langsung dari sumber pengembangan atau pakarnya. Setelah pulang dari Eropa mereka bisa menerapkan dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki demi kemajuan bangsa Turki dan memiliki pengaruh terhadap usaha-usaha pembaharuan pendidikan.
Peristiwa ini menimbulkan kesadaran umat Islam untuk mengubah diri. Kesadaran mengubah diri menimbulkan fase pembaharuan dalam periodesasi sejarah Islam. Fase pembaharuan pendidikan Islam muncul sebagai motivasi terhadap tuntutan kemajuan zaman dan sekaligus juga sebagai respons umat Islam atas ketertinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan. Muncullah tokoh-tokoh dunia Islam yang berteriak agar umat Islam mengubah diri guna menuju kemajuan.
Pola pembaharuan pendidikan yang beroreintasi pada dunia Barat, juga muncullah pemikir khususnya di Mesir adalah Muhammad Ali Pasya pada tahun 1805-1848. Resminya menjadi Pasya ketika beliau menjabat sebagai wakil sultan Turki di Mesir. Tetapi beliau juga menyatakan diri sebagai penguasa yang otonom (mandiri), lepas dari kekuasaan sultan Turki. Muhammad Ali juga banyak berperan dalam mengusir tentara Perancis di Mesir.
Muhammad Ali Pasya Dalam rangka memperkuat kedudukan dan melaksanakan pembaharuan pendidikan di Mesir, dengan cara:
1. mengadakan pembaharuan dengan jalan mendirikan berbagai macam sekolah yang meniru sistem pendidikan dan pengajaran Barat.
2. Beliau mendatangkan guru-guru dari Barat (terutama dari Perancis) untuk guru memenuhi tenaga guru.
3. Di samping itu Muhammad Ali Pasya juga mengirimkan sejumlah pelajar ke Barat dengan tujuan agar mereka menguasai ilmu pengetahuan Barat,dan mampu mengembangkannya di Mesir. Dalam rangka mengalihkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang telah berkembang di Barat, Muhammad Ali menggalakan penerjemahan buku-buku Barat kedalam bahasa Arab bahkan mendirikan Sekolah Penerjemah.
b. Gerakan pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Islam sendiri penuh dengan ajaran-ajaran dan pada hakikatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan serta kekuatan bagi umat manusia.
Sebab-sebab kelemahan umat Islam:
1. Umat Islam tidak lagi melaksanakan ajaran Islam secara semestinya, ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kekuatan dan kemajuan sudah mulai ditinggalkan, dan menerima ajaran-ajaran Islam yang sudah tidak murni lagi.
2. Berhentinya perkembangan filsafat Islam, mulai ditinggalkan pola pemikiran rasional dan kehidupan umat Islam yang mulai menerapkan pola hidup yang bersifat pasif.
3. Berhentinya perkembangan fiqih yang ditandai dengan penutupan pintu ijtihad.
Pola pembaharuan ini telah dirintis oleh Muhammad bin Abd al-Wahab, yang kemudian dikembangkan oleh Jamalludin Al-Afghani dan Muhammad Abduh (akhir abad 19). Menurut Jamaludin Al-Afghan, pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadist. Ia berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan semua keadaan.
Pembukaan pintu ijtihad dan pemberantasan taklid memerlukan kekuatan akal, dan diperlukan pendidikan intelektual. Menurut Muhammad Abduh, Islam adalah agama rasional, dan dalam Islam akal mempunyai kedudukan yang tertinggi. Kepercayaan pada kekuatan akal adalah dasar peradaban suatu bangsa, dan akallah yang menimbulkan kemajuan dan ilmu pengetahuan. Menurut Muhammad Abdul, ilmu pengetahuan modern dan Islam adalah sejalan dan sesuai, karena dasar ilmu pengetahuan modern adalah Sunnatullah, sedangkan dasar Islam adalah wahyu Allah, yang kedua-duanya berasal dari Allah.
Muhammad Abduh adalah satu dari sekian banyak pembaharu yang merasakan adanya dualisme tersebut, dan hal ini kalau dibiarkan akan membawa pada keberadaan pendidikan Islam, yang tidak lagi diminati serta tidak bisa mencetak para lulusan yang handal. Oleh karenanya, dalam merespon kondisi demikian, Muhammad Abduh mencoba melakukan upaya pembaharuan pendidikan di al-Azhar. Menurut pandangannya al-Azhar perlu dimasukkan ilmu-ilmu modern agar ulama-ulama Islam mengerti kebudayaan modern dan dengan demikian ini dapat mencari penyelesaian yang baik bagi persoalan yang timbul dalam zaman modern. Dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern sebagai syarat menguasai IPTEK guna kelangsungan pembangunan Islam ke dalam al-Azhar dan dengan memperkuat pendidikan agama sebagai bekal tuntunan dan perbaikan moralitas umat di sekolah-sekolah pemerintah, paling tidak akan bisa melahirkan para ilmuan yang tidak kosong akan ilmu pengetahuan agama, dan juga akan terwujud ulama-ulama yang tidak buta akan ilmu pengetahuan umum, sehingga para lulusan Sekolah Pemerintah maupun al-Azhar tidak lagi parsial dalam memahami ilmu.
c. Usaha pembaharuan pendidikan yang berorentasi pada Nasionalisme.
Rasa Nasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern dan di mulai dari bangsa Barat. Bangsa-bangsa Barat mengalami kemajuan rasa nasioalisme yang kemudian menimbulkan kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri. Yang mendorong perkembangan rasa nasionalisme di dunia Islam ketika umat Islam mendapati kenyataan bahwa mereka terdiri dari berbagai bangsa yang berbeda latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaan, yang mana umat Islam bisa hidup bersama dengan orang-orang yang berbeda agama tapi sebangsa.
Di samping itu, adanya keyakinan di kalangan pemikir-pemikir pembaharuan di kalangan umat Islam, bahwa pada hakikatnya ajaran Islam bisa diterapkan dan disesuaikan dengan segala zaman dan tempat. Oleh karena itu, ide pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme sesuai dengan ajaran Islam.
Usaha untuk memperbaiki kehidupan umat Islam, golongan nasionalisme memperhatikan situasi dan kondiri obyektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha tersebut, bukan semata-mata mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, akan tetapi mengambil unsur-unsur yang berasal dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan.
Tahap perkembangan berikutnya, ide kebangsaan atau nasionalisme inilah yang mendorong timbulnya usaha-usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri dikalangan bangsa-bangsa pemeluk Islam. Dalam bidang pendidikan, umat Islam yang sudah membentuk pemerintahan nasional tersebut, mengembangkan sistem dan pola pendidikan nasionalnya sendiri-sendiri.
2. Ciri-ciri pendidikan Islam pada masa pembaharuan.
Steenbrink mengemukakan bahwa ada 4 faktor pendorong perubahan islam di Indonesia. Salah satunya adalah dorongan yang berasal dari pembaharuan pendidikan Islam. Menurut steenbrink, banyak orang dan organisasi Islam yang tidak puas dengan metode tradisional dalam memperlajari al-Qur’an dan studi agama. Oleh karena itu , pada abad ke-20 pribadi-pribadi dan organisasi Islam berusaha untuk memperbaiki pendidikan Islam, baik dari segi metode maupun isinya
Ada beberapa indikator pendidikan Islam sebelum dimasuki oleh ide-ide pembaharuan:
a. Pendidikan yang bersifat non klasik.
Pendidikan ini tidak dibatasi atau ditentukan lamanya belajar seseorang berdasarkan tahun.
b. Mata pelajaran adalah semata-mata pelajaram agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik, tidak diajari mata pelajaran umum.
c. Metode yang digunakan adalah metode sorogan, hafalan, mudzakarah
d. Tidak mementingkan ijazah sebagai bukti yang bersangkutan telah menyelesaikan atau menamatkan pelajarannya.
e. Tradisi kehidupan pesantren amat dominan dikalangan santri dan kyai. Ciri tradisi tersebut adalah antara lain kentalnya hubungan antara santri dan kyai
Dari pandang dari masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke dalam dunia pendidikan, ada 3 hal yang perlu diperbaharui:
1. Metode yang digunakan tidak hanya metode tradisional saja, tetapi diperlukan metode-metode baru yang lebih merangsang untuk berpikir.
2. Isi atau materi pembelajaran tidak hanya mengandalkan mata pelajaran agama semata-mata yang bersumber dari kitab-kitab klasik.
3. Manajemen. Manajemen pendidikan adalah keterkaitan antara sistem lembaga pendidikan dengan bidang-bidang lainnya dipesantren
Jadi, dari beberapa indikasi terpenting dari pendidikan Islam pada masa pembaharuan adalah:
1. Dimasukannya mata pelajaran umum ke madrasah
2. Penerapan sistem klasikal dengan segala kaitannya
3. Ditata dan dikelola administrasi sekolah dengan tetap berpegang kepada prinsip manajemen pendidikan
4. Lahirnya lembaga pendidikan Islam yang baru yang diberi nama dengan madrasah.
BAB III
KESIMPULAN
1. Adanya upaya pembaharuan pendidikan Islam tentu tidak bisa lepas dari lemahnya kondisi pendidikan Islam saat itu, yang mengharuskan para pembaharuan Islam bisa menghadirkan satu paket pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman, syarat dengsn kepentigan IPTEK dan paling tidak bisa diterima masyarakat, salah satu kemunduran pendidikan Islam adalah karena lemahnya sisi rasionalitas umat islam yang berakibat pada ketidakpekaan umat terhadap pentingnya arti sebuah ilmu pengetahuan, hal ini kemudian yang juga berakibat pada wawasan sempit dan tidak mau menghargai pendapat orang lain, hal ini yang menyebabkan kondisi pendidikan Islam sangat lemah, jauh tertinggal dari bangsa Barat.
2. Terjadinya tiga pola pembaharuan pemikiran pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut yaitu :
a.Pola pembaharuan yang berorientasi pada pola pendidikan Barat .
b.Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni .
c.Usaha yang berorientasi pada Nasionalisme.
3. Upaya-upaya pembaharuan pendidikan Islam yang dilakukan oleh Sultan mahmud II :
Ø Mencoba memasukan Ilmu-ilmu umum ke Sekolah Islam (Madrasah)
Ø Mengadakan perubahan dalam kurikulum madrasah dengan menambahkan pengetahuan umum
Ø Mengirimkan siswa/pelajar ke Eropa untuk mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) langsung dari sumber pengembangan atau pakarnya.
4. Upaya-upaya pembaharuan pendidikan islam yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya:
Ø Mendirikan modal sekolah Barat, seperti Sekolah kedokteran, Sekolah Sastra, dll
Ø Memenuhi tenaga guru dengan mendatangkan guru-guru dari Barat (khususnya dari Prancis)
Ø Mengirimkan pelajar untuk mendalami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Dengan demikian, upaya pembaharuan pendidikan Islam yang di lakukan beberapa tokoh di atas, sesungguhnya lebih banya melakukan pembenahan sistem pendidikan islam yang meliputi:
ü Perubahan model pengajaran
ü Kurikulum pengajaran, termasuk materi, dan juga sarana prasarana.
Ø Dra. Zuhairinin dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1989, hal 117
Ø Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Kencana Prenanda Media, Jakarta, 2007, hal 39
Ø file:///D:/pendidikan%20islam.html. Kamis, September 10, 2009
Ø http://www.hardja-sapoetra.co.cc/2010/03/judul-pendidikan-islam-pada-masa.html
trimz ya
BalasHapusTop 50 slots with the best payouts - DrMCD
BalasHapusTop 50 slots with the best payouts 수원 출장샵 · 7. Wild West · 8. The Flintstones. 상주 출장안마 This slot game has been 서울특별 출장샵 designed to entertain 과천 출장마사지 the 동두천 출장마사지 most