UIN SUNAN KALIJAGA

UIN SUNAN KALIJAGA

TETAP SEMANGAT ,, !!!!!! BUAT TEMEN-TEMEN "KI", BUKTIKAN !!

Minggu, 30 Mei 2010

IBU SEBAGAI PENDIDIK PERTAMA DAN UTAMA









UIN SUKA

YOGYAKARTA




PENDAHULUAN

Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling awal dikenal dan dekat dengan anak, dari si anak berada didalam kandungan sampai berada ia lahir didunia hingga menjadi dewasa. Peranan orang tua dalam pendidikan dan proses pembentukan pribadi tampak dominan. Tumbuh dan berkembangnya aspek manusia baik fisik, psikis atau mental, sosial dan spiritual, yang akan menentukan bagi keberhasilan bagi kehidupannya, hal tersebut sangat ditentukan oleh lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang kondusif sangat menentukan optimalisasi perkembangan pribadi, moral, kemampuan bersosialisasi, penyesuaian diri, kecerdasan, kreativitas juga peningkatan kapasitas diri menuju batas-batas kebaikan dan kesempurnaan dalam ukuran kemanusiaan. Pada dasarnya manusia itu mempunyai potensi yang positif untuk berkembang. Tetapi apakah potensi itu akan teraktualisasikan atau tidak sangat ditentukan oleh pendidikan dalam keluarga. Yang dalam hal ini tentunya ibu sebagai pendidik pertama dan utama dalam pendidikan bagi anak. Akan tetapi ini bukan berarti menafikan seorang bapak yang juga berperan penting dalam pendidikan, melainkan hal ini akan di dukung besar oleh peran seorang ibu, yang mempunyai posisi atau jabatan memberi contoh dan juga sebagai model bagi anak, yang dalam setiap pijakan hidupnya kemungkinan besar akan ditiru oleh sang anak. Rosulullah saw bersabda bahwa:

Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (bertauhid). Ibu bapaknyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.









Tambah Gambar

IBU SEBAGAI PENDIDIK PERTAMA DAN UTAMA

(Mukhlasin: 09470151)



Sering kita melalaikan peran seorang Ibu sebagai pendidik utama dan utama dalam pendidikan. Bahkan sering kita jumpai, seorang anak yang telah hilang rasa hormatnya kepada seorang Ibu. Yang dengan masalah kecil bisa mengakibatkan Ibunya meninggal dunia. Na’udzubillah,,,,,,,,


Tidak dapat dipungkiri bahwa Ibu sebagai madrasah yang pertama dan utama dalam mendidik anak-anaknya. Seorang Kartini pun mengakui akan hal tersebut. Dalam sebuah riwayat pernah dituliskan, bahwa Kartini pernah mengutarakan lewat sebuah surat yang ditujukan kepada Prof. Anton dan istrinya: “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.” [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902][1].


Derajat seorang ibu sebanyak tiga kali dibanding ayah. Seperti itulah di dalam hadist diriwayatkan : Seseorang datang menghadap Rasulullah saw. seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik” Beliau menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Lagi-lagi beliau menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Baru beliau menjawab, “Bapakmu” (H.R. Ahmad dan Abu Dawud).[2] Sungguh mulia seorang ibu, sampai Rasulullah memerintahkan kita menghormati ibu sebelum ayah, kenapa ? Karena begitu banyak hal yang sudah dilakukan oleh seorang ibu, seperti mengandung, menyusui dan mengasuh. Bukan berarti peranan seorang ayah diabaikan, ayah pun memiliki peranan yang tidak kalah penting. Tetapi peranan ibu sungguh sangat dominan.


Selain ibu sebagai madrasah dalam sebuah rumah tangga, ibu juga berperan sebagai “madrasatul ummah” begitu lah Nabi menggambarkan secara konkrit sosok penting peran seorang Ibu bagi bangsa. Untuk menjadi sekolah bagi ummat, sudah pasti tentunya diperlukan khasanah keilmuan yang tinggi dan kekukuhan pondasi keimanan demi terwujudnya kwalitas kesempurnaan bagi murid-murid yang menimba ilmu di dalamnya.


Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan itu didasarkan dan diletakkan kepada kedua orang tua (Ibu).[3] Karena sudah diketahui bahwa peranan dari keluargalah yang berperan besar dalam menciptakan kepribadian bagi anak-anak.


Sebagai seorang wanita muslimah, tentunya dengan adanya berbagai tuntutan-tuntutan tersebut menjadi suatu keharusan. Karena di tangan merekalah (perempuan) bakal terwujud cikal bakal penerus perjuangan kemulyaan islam dan umat. Bagaimana bisa di harapkan penerus perjuangan islam yang handal jika pada sosok pendidik tidak bisa di jadikan panutan dalam keimanan dan keislaman?.... Di tangan sosok wanitalah salah satunya akan tercipta kestabilan sebuah bangsa karena wanita berperan sebagai tiang sebuah negara, jadi kehancuran dan kebaikan sebuah Negara, salah satu faktor penentu utama berada pada wanita. Seperti pada sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW bersabda, bahwa :


المرأة عمـاد الـبلاد ان صـلحت فصـلحت وان فسـدت ففـسدت


Sungguh keliru jika ada sebuah paradigma yang mengatakan : “tidaklah penting seorang wanita mencari ilmu setinggi mungkin, toh pada ahirnya dia kelak akan kembali kepada habitatnya, yakni mengurus urusan dapur semata. Justru di sini akan dikatakan sebaliknya, sudah menjadi suatu keharusan bagi wanita untuk mempunyai ilmu yang luas dan tinggi, Untuk apa? untuk siapa?,,,,, pertanyaan-pertanyaan itupun timbul. Jika kita lihat, di samping untuk bekal ibadah tentu juga untuk bekal kelak menjadi seorang ibu sebagai pendidik awal dan utama bagi generasi-generasi penerus bangsa, negara dan agama. Tuntutan tersebut semestinya sudah tertanam di dalam diri seorang wanita jika dia menyadari betapa penting peran utamanya dalam menentukan kebaikan dan kejayaan sebuah bangsa, agama dan negara. Kepiawaian keilmuan tersebut pada hakikatnya terutama untuk hal-hal yang telah di sebutkan di atas, karena peranan penting seorang ibu dalam pendidikan anak lebih banyak dari pada seorang bapak, di mulai dari kandungan, sesudah melahirkan, menjadi seorang bocah sampai dewasa, bahkan selama hidup tuntutan itu selalu ada, demi membimbing dan menjadi penasehat bagi anak-anaknya dalam mengarungi berbagai macam problematika hidup yang timbul. Seorang pendidik yang memahami agama secara baik pasti selalu menanamkan syariat-syariat islam dalam setiap gerak pendidikannya baik ketika dia menyusui, memandikan, memberikan makanan, minuman, berinteraksi dengan lingkungan dan tentunya berperan penting dalam mengenalkan Tuhan dan Rosul-Nya. Sehingga tidak bisa di pungkiri bahwa perempuan harus mempunyai bekal keilmuan yang tinggi, keimanan yang teguh, ketakwaan yang kuat dan budi pekerti yang mulia, demi terwujudnya cikal bakal penerus yang teruji dalam memperjuangkan kejayaan bangsa, negara dan agama. [4]


Kemudian jika kita tengok kepada hadis Nabi yang menjelaskan tentang memilih calon istri ketika akan menjalin rumah tangga, Rosulullah bersabda:


تنكـح المرأة لأربع لمالها ولحـسبها ولجمالها ولديـنها فاظفر بذات الدّيـن تربت يداك


Mengapa demikian ?!, kenapa faktor agama lebih di utamakan daripada faktor lainnya ?, mari kita cermati hadist tersebut secara teliti, adalah karena sesungguhnya sang suami ketika memutuskan menjadikan salah seorang wanita sebagai seorang istri, tidak saja untuk pendamping dirinya saja, melainkan yang lebih utama adalah karena di tangan sang wanita itulah anak-anaknya kelak akan di didik dan di cetak sesuai dengan impiannya selama ini, tentu menjadi anak-anak yang baik yang mumpuni dalam ilmu dan agama, yang berakhlakul karimah. Bukankah wanita yang pemahaman agamanya lebih banyak akan lebih optimal dalam ikhtiar mencetak kader-kader seperti yang di harapkan Itu ?.


Seorang wanita bisa menemukan hakikat tersebut tentu di perlukan pengenalan yang dalam pada masalah agama, karena dengan mengenal agama lebih dalam, seseorang akan mampu memahami untuk apa seorang wanita di tuntut mumpuni dalam keilmuan. Di samping keilmuan, ada faktor penting lain yang di butuhkan bagi seorang ibu sebagai pendidik ummat yaitu ketakwaan, keimanan yang teguh dan akhlak mulia, karena dia akan menjadi cermin pribadi bagi murid-muridnya, dengan berbekal Ilmu, iman, takwa dan akhlak mulia, dia bisa mempunyai kesabaran ektra dalam menjalankan tugas mulia demi mencetak kader-kader andalan, karena tidaklah mudah mewujudkan semuanya tanpa bekal semua itu.





KESIMPULAN

Dari berbagai pemaparan diatas dapat di mengerti bahwa disadari atau tidak, peran serta perempuan dalam pendidikan itu sangat dibutuhkan. Dengan rujukan dialah yang mendidik pelajaran-pelajaran dasar yang penting dalam menumbuhkan kepribadian seorang anak, yang anak tersebut pada ahirnya juga akan menentukan negaranya antara baik dan buruk. Jadi peran ibulah yang menjadi dasarnya.

Untuk itu, segeralah sadar wahai wanita-wanita muslimah, karena di tangan kalianlah penentuan baik buruk sebuah bangsa, agama dan negara. Segera enyahkan kemalasan yang menyelimuti diri kalian. Hempaskan sejauh mungkin nafsu-nafsu syaitan yang selama ini bercokol dalam jiwa dan fikiran kalian, kubur dalam-dalam sejarah kelam dunia percintaan kalian yang selama ini di laknat Allah dan RosulNya, kenikmatan yang ada pada dunia percintaan kalian hanya terdapat pada kulit semata, karena pada hakikatnya derita dunia ahiratlah yang akan di dapat, siksaan dunia yang harus di rasakan karena kalian akan selalu merasakan kerinduan yang mendalam dan tidak bisa secara maksimal fokus pada pelajaran sehingga bisa berakibat jiwa kita selalu menuntut untuk senantiasa memenuhi hasrat cinta dan di ahirat kelakpun kalian akan merasakan penderitaan berupa siksaan karena telah melakukan perbuatan durhaka yang tidak di ridhoi Alloh SWT, jadi apa keuntungan yang di raih dari kenikmatan cinta sesaat yang di laknat tersebut ?!. segeralah songsong masa depan kalian sebagai calon pendidik umat dengan memperbanyak ilmu, meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Dengan belajar menyempurnakan kemuliaan akhlak sehingga kelak kalian dapat menjadi istri sholihah yang di ridhoi Allah. Dengan bekal ridlo suami dan mampu mencetak kader-kader islam yang handal keilmuan dan keimanan sehingga kalian mempunyai andil yang cukup besar dalam mewujudkan satu kesatuan baldatun toyyibatun warobbun ghofur, juga demi kejayaan islam. Semoga Alloh senantiasa menuntun dan menolong kita untuk mewujudkan cita-cita mulia itu dan selalu melindungi kita dari bujuk rayu syaitan beserta koneksi-koneksi dan antek-anteknya, selamanya, amin Allohumma amin………………………..





DAFTAR PUSTAKA

Ø Hasbullah,Dasar-Dasar Ilmu pendidikan. Jakarta. PT. Grafindo Persada,1999. Hlm 88.

Ø Aismawat. Ais_suara.yahoo.com

Ø Atsqalani Ibnu Hajar. Bulughul Maram

Ø www.punyahari.blogspot.com



[1] Aismawat. Ais_suara.yahoo.com

[2] Atsqalani Ibnu Hajar. Bulughul Maram

[3] Hasbullah,Dasar-Dasar Ilmu pendidikan. Jakarta. PT. Grafindo Persada,1999. Hlm 88.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar